27 DESEMBER 2011
MEMBACA berita di harian ekonomi Investor Daily, edisi Selasa (27/12/2011), ada yang mencengangkan. Biaya perbaikan dan konstruksi jalan pada 2012 sekitar Rp 30 triliun. Buat saya sih mencengangkan, entah buat orang lain.
Pasalnya, pasti luar biasa kalau dana sebesar itu dipakai untuk membangun moda transportasi missal yang aman, nyaman, selamat, tepat waktu, dan terjangkau. Mobilitas masyarakat bakal amat terbantu oleh kehadiran moda transportasi yang seperti itu. Ujungnya, kasus kecelakaan lalu lintas jalan juga bisa dieliminasi. Termasuk, jumlah fatalitas yang diakibatkan kecelakaan.
Soal perawatan jalan, seperti dikutip harian itu, sekitar Rp 5 triliun . “Dana itu untuk memelihara jalan nasional sepanjang 33 ribu km,” jelas Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Djoko Murjanto, seperti dilansir Investor Daily, Selasa.
Sedangkan yang sebesar Rp 25 triliun digunakan untuk merekonstruksi ulang jalan nasional yang kerusakannya cukup parah sepanjang 5.500 km. dana Rp 30 triliun diambil dari kocek negara alias Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Pasalnya, pasti luar biasa kalau dana sebesar itu dipakai untuk membangun moda transportasi missal yang aman, nyaman, selamat, tepat waktu, dan terjangkau. Mobilitas masyarakat bakal amat terbantu oleh kehadiran moda transportasi yang seperti itu. Ujungnya, kasus kecelakaan lalu lintas jalan juga bisa dieliminasi. Termasuk, jumlah fatalitas yang diakibatkan kecelakaan.
Soal perawatan jalan, seperti dikutip harian itu, sekitar Rp 5 triliun . “Dana itu untuk memelihara jalan nasional sepanjang 33 ribu km,” jelas Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Djoko Murjanto, seperti dilansir Investor Daily, Selasa.
Sedangkan yang sebesar Rp 25 triliun digunakan untuk merekonstruksi ulang jalan nasional yang kerusakannya cukup parah sepanjang 5.500 km. dana Rp 30 triliun diambil dari kocek negara alias Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Saat ini, tulis koran tersebut, dari total jalan nasional di Indonesia sepanjang 38.500 km, sekitar 10% di antaranya atau 3.800 km dalam kondisi rusak ringan dan berat. Sementara itu, untuk jalan provinsi dengan total sepanjang 18.681 km yang kondisinya mantap 55%, rusak berat 32,9%, dan rusak ringan 28,21%. Sedangakn untuk jalan kabupaten/kota sepanjang 288.185 km yang kondisinya mantap 17%, rusak ringan 31,14%, dan dalam kondisi rusak berat 21,8%.
Oh ya, kata Sekjen Asosiasi Pengembang Teknologi Preservasi dan Daur Ulang Jalan Indonesia (APDJI) Agus Taufik Mulyanto, ada dua faktor penyebab kerusakan jalan, yakni internal dan eksternal.
“Kerusakan akibat faktor internal di antaranya karena kurangnya ketepatan mutu saat perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pengoprasian,” kata dia.
Sedangkan faktor eksternal adalah hal yang berada di luar kewenangan penyelenggara jalan, seperti banjir, longsor, penyalahgunaan ruang di sekitar jalan, dan repetisi beban gandar kendaraan. (edo rusyanto)
Oh ya, kata Sekjen Asosiasi Pengembang Teknologi Preservasi dan Daur Ulang Jalan Indonesia (APDJI) Agus Taufik Mulyanto, ada dua faktor penyebab kerusakan jalan, yakni internal dan eksternal.
“Kerusakan akibat faktor internal di antaranya karena kurangnya ketepatan mutu saat perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pengoprasian,” kata dia.
Sedangkan faktor eksternal adalah hal yang berada di luar kewenangan penyelenggara jalan, seperti banjir, longsor, penyalahgunaan ruang di sekitar jalan, dan repetisi beban gandar kendaraan. (edo rusyanto)